Rabu, 26 Oktober 2011

Cabang-cabang Filsafat (2)

KRITIKILMU-ILMU
Pada awalnya, perbedaan filsafat dan ilmu pengetahuan sangatlah kecil. Pada zaman Yunani kuno hanya dibedakan empat ilmu, yaitu logika, ilmu pasti, ilmu pesawat dan kedokteran. Bahkan, kedokteran dan logika lebih dipandang sebagai seni atau keahlian. Mulai zaman renaisans (sekitar 1800 dan sesudahnya) menghasilkan ilmu-ilmu yang kebanyakan sekarang. Seperti sosiologi, psikologi dan psikoanalisis yang masih muda. Dan ada yang lebih muda lagi seperti ilmu ekologi (ilmu keseimbangan lingkungan hidup).
Ilmu dibagi menjadi tiga kelompok :
1.     Ilmu-ilmu formal             :Matematika, logika, dll
2.     Ilmu-ilmu empiris formal  :Ilmu alam, ilmu hayati, dll
3.     Ilmu-ilmu hermeneutis     :Sejarah, ekonomi, dll
Beberapa orang mengatakan bahwa ilmu hermeneutis tidak ilmiah karena disini tidak dicapai kepastian. Misalkan sejarah, disini tidak diterangkan sesuatu melainkan hanya dimengerti sesuatu, hanya diberikan fakta-fakta dan tidak pernah dicapai suatu kepastian bahwa fakta ini benar. Orang lain mengatakan bahwa ilmu-ilmu empiris formal memang selalu bersifat hipotesis sehingga antara ilmu-ilmu empiris formal dan ilmu-ilmu hermeneutis tidak begitu penting. Nah, pertanyaan-pertanyaan seperti inilah yang termasuk kritik ilmu-ilmu. Teori-teori tentang pembagian ilmu-ilmu,tentang metode ilmu-ilmu, tentang dasar kepastian dan tentang jenis-jenis keterangan yang diberikan, tidak lagi termasuk bidang ilmu pengetahuan sendiri, melainkan merupakan suatu cabang dari filsafat.

METAFISIKA UMUM
Dalam logika diajarkan suatu prinsip yang mengajarkan: "makin besar ekstensi suatu istilah atau pernyataan, makin kecil komprehensi istilah atau pernyataan itu". Artinya, isi (komprehensi) suatu kata atau kalimat menjadi sangat kecil kalau luasnya (ekstensi) kata atau kalimat itu sangat besar, dan sebaliknya.
Metafisika umum (ontologi) berbicara tentang segala sesuatu sekaligus. Lalu itu hanya mungkin kalau komprehensi perkataan-perkataannya kecil sekali. Metafisika umum hanya berbicara tentang segala sesuatu sejauh itu "ada". "Adanya" segala sesuatu merupakan suatu segi dari kenyataan yang mengatasi semua perbedaan antara benda-benda dan makhluk-makhluk hidup, antara jenis-jenis dan individu-individu. Semua benda, tumbuh-tumbuhan, binatang, dan orang merupakan suatu "pengada". Kata Yunani untuk "pengada" adalah on (genetif: ontos). Oleh karena itu. Pengetahuan tentang pengada-pengada, sejauh mereka ada, disebut ontologi.
Jenis ontologi ini, dari satu pihak,menarik karena disini ditemukan kemungkinan untuk menterjemahkan istilah-istilah pokok dari agama-agama dalam istilah-istilah falsafi. Dari lain pihak, jenis ontologi ini juga dikritik karena Allah sebagai "Mengada" manusia tidak dapat berlutut, dan kepada Letting-be ia tidak dapat berdoa. Jawaban-jawaban yang diberikan atau pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan dalam ontologi mengungkapkan suatu kepercayaan.
Jenis kepercayaan ontologi ada empat:
Ateisme (Yunani: a- 'bukan', theos 'Allah') mengajarkan bahwa Allah itu tidak ada dan manusia sendirian dalam kosmos
Agnostisisme (Yunani: a- 'bukan', gnosis 'pengetahuan') mengajarkan bahwa tidak dapat diketahui apakah Allah itu ada atau tidak, sehingga pertanyaan tentang Allah selalu terbuka
Panteisme (Yunani: pan 'segala sesuatu', theos 'Allah') mengajarkan bahwa seluruh kosmos sama dengan Allah, sehingga tidak ada perbedaan antara Pencipta dan ciptaannya
Teisme mengajarkan bahwa Allah itu ada, ada perbedaan antara Allah dan ciptaannya
Metafisika umum merupakan cabang yang sangat problematis pada saat sekarang. Banyak filsuf yang mengatakan bahwa cabang ini tidak mungkin karena manusia sudah melewati batas-batas kemungkinan akal budinya.

TEOLOGI METAFISIK
Metafisika khusus terdiri dari teologimetafisik, antropologi, dan kosmologi. Teologi metafisik berhubungan erat dengan ontologi. Dalam teologi metafisik diselidiki apa yang dapat dikatakan tentang adanya Allah, lepas dari agama, lepas dari wahyu. Yang dapat dikatakan tentang Allah, lepas dari agama, tentu saja tidak banyak. Teologi metafisik hanya menghasilkan suatu kepercayaan yang sangat sederhana dan abstrak. Namun, yang sedikit ini sangatlah berguna dalam dialog dengan agama, agnostisisme, panteisme, dan ateisme. Orang lain yang berpendapat berbeda tentang Allah tidak akan menerima argumen-argumen yang berasal dari teologi yang terikat pada "wahyu" khusus, tetapi mereka akan menerima argumen-argumen yang berdasarkan akal budi, karena akal budi adalah milik umum.
Teologi metafisik sekarang ini masih tetap merupakan usaha untuk menciptakan ruang dialog antara iman dan akal budi. Sekarang, dialog ini lebih bersifat dialog dengan ateisme.

ANTROPOLOGI
Setiap filsafat mengandung secara eksplisit atau implisit suatu pandangan tentang manusia, tentang tempatnya dalam kosmos, tentang hubungannya dengan dunia, dengan sesama. Menurut Immanuel Kant, pertanyaan "Siapakah manusia?" merupakan pertanyaan satu-satunya dari filsafat. Semua pertanyaan lain dapat dikembalikan kepada pertanyaan ini.
Manusia hidup dalam banyak dimensi sekaligus. Manusia adalah sekaligus materi dan hidup, badan dan jiwa, manusia mempunyai kehendak dan pengertian. Manusia merupakan seorang individu, tetapi tidak dapat hidup lepas dari orang lain.
Semua dimensi ini, semua pikiran dan kegiatan manusiawi, berkumpul dalam satu kata, yaitu "aku". Kata "aku" dipakai sebagai titik simpul dari banyak hal sekaligus. Akan tetapi kata ini yang begitu mudah digunakan dan terlihat sederhana untuk dipahami. Dibelakang kata "aku" terdapat suatu pribadi dan penuh relasi-relasi sejarah, kegembiraan dan penderitaan, harapan dan keputusasaan, suatu pandangan tentang dunia, sesama dan tujuan hidup.
Sekitar tahun 1500 manusia betul-betul menjadi titik pusat dari filsafat. Sejak zaman renaisans manusia dipandang sebagai pusat sejarah, pusat pemikiran, pusat kehendak,kebebasan, dan dunia. Terlihat dalam seni dan dalam berbagai ilmu yang lahir sejak zaman renaisans.

0 komentar:

By :
Free Blog Templates